Tahun 1999 lalu, kita sempat dihebohkan dengan pergantian millennium.
Ada yang berkata, perpindahan dari tahun 1000-an ke tahun 2000-an akan
menyebabkan berbagai “guncangan”. Ada yang meniupkan isu guncangan
kiamat. Misalnya, tanggal 9 September 1999 akan terjadi kehancuran dunia
karena deretan angkanya membentuk 9-9-99. Ada pula yang menyebutkan,
kiamat baru terjadi pada 31 Desember 1999 ketika kita memasuki angka
2000. Sementara, dari pemrograman komputer, dunia semat dihebohkan
dengan kekhawatiran tidak berfungsinya teknologi ketika angka 99 mesti
direset menjadi 00 (kembali ke tahun 1900).
Di sisi lain, banyak pula orang yang merayakan detik-detik menjelang
tahun 2000 secara berlebihan. Kita mengenal semua serba silver pada awal
millennium ketiga. Bahkan, konon hotel dan restoran di seluruh dunia
telah habis dipesan sebelum tanggal 31 Desember 1999. Bagi kita,
melewatkan tanggal 31-12-1999 ke 1-1-2000 ibarat sedang mengendarai
sepeda motor dan melihat jarak tempuh di bagian speedometer. Ketika
angka bergerak dari 1999 ke 2000, ada sensasi tersendiri.
Tapi, ternyata pergantian millennium tidak terjadi pada 31 Desember
1999, melainkan pada 31 Desember 2000. Alasannya, orang-orang zaman
dahulu tidak pernah menghitung tahun ke-0. Bangsa Yunani yang hidup pada
masa itu, menolak keberadaan angka nol. Jadi, dalam perhitungan,
setelah tahun 1 sebelum Masehi, maka tahun berikutnya adalah tahun 1
Masehi, bukannya tahun 0 Masehi.
Konsep ini masih dipakai oleh seorang biarawan bernama Dionysus
Exiguus. Ia diminta oleh Paus Johannes I untuk membuat penanggalan.
Tujuannya, mengetahui kapan tibanya hari Paskah. Dionysus kemudian
menyusun penanggalan seperti pada umumnya saat ini. Dionysus
menyandarkan pemahamannnya dari tahun kelahiran Yesus. Jadi, tanggal 1
Januari setelah hari kelahiran Yesus (25 Desember), disebutnya sebagai
tahun 1 Masehi (kelak, Dionysus mesti mengakui kesalahannya karena Yesus
kemungkinan lahir pada 4 atau 3 SM).
Nah, dari konsep yang dipakai Dionysus inilah muncul kesalahan fatal
yang lain. Misalnya, ada seseorang yang lahir pada tahun 2 Sebelum
Masehi. Maka, pada tahun 3 Masehi, berapa umurnya? Kita mungkin akan
menjawab, umurnya 5 tahun. Kesimpulan ini didapat dari hitungan 3-(-2) =
5 tahun. Namun, ternyata umur anak itu ternyata cuma 4 tahun. Lihatlah
sebagai berikut.
- Tahun 2 SM = lahir (0 tahun)
- Tahun 1 SM = 1 tahun
- Tahun 1 M= 2 tahun
- Tahun 2 M = 3 tahun
- Tahun 3 M = 4 tahun
- (Tidak Ada Tahun 0 M)
Atas dasar “kekeliruan” inilah, saat ini, meskipun kita berada pada tahun 2013, sebenarnya kita masih ada di tahun 2012. Menyangkut “kelebihan satu tahun” ini, para pakar astronomi dunia
sangat menyadari hal ini. Maka, ketika orang awam merayakan pergantian
millennium pada 31 Desember 1999, mereka santai-santai saja. Tepat
setahun kemudian (31 Desember 2000), barulah mereka merayakan hal
tersebut; ketika orang-orang sudah merasa menjalani millennium baru
selama setahun.
